Rabu, April 01, 2009

cerpen : WINA DOES

Handphone Wina petang ini berdering dengan kencangnya. Girang sekali diangkat tanpa kompromi lantaran Beni sudah ditunggunya untuk suatu kepastian.
“Oke! Besok ya! Jangan lupa contekannya. Oh ya! Itu beres” jawab Wina memberi jawaban kepada Beni.
---00------00------00------00---
Esok harinya adalah pagi yang sangat cerah. Matahari datang menghangatkan bumi yang setelah semalam hujan mengguyur seisi kota. Bangun pagi bukan satu kebiasaan Wina. Tetapi kali ini berbeda dengan hari biasanya karena tidak ingin terlambat datang memasuki ruang ujian matematika. Datang ke sekolah lebih awal dimaksudkan agar bisa belajar sedikit materi. Lumayan! Daripada tidak sama sekali.
“Ini sudah resikoku!” batinnya.

Resiko diusir dari ruang kelas dan mendapat nilai nol berani ditanggung. Keberanian untuk mencontek. Nilai bagus coba didapat dengan belajar dan mencontek. Sebuah perpaduan.
“Komplit sudah semuanya. Contekan di saku baju, materi diotak, trus ntar dapat jawaban dari Beni. Aku pasti lulus matematika tahun ini,” Wina berbicara meyakinkan dirinya sendiri.
Wina teramat yakin dengan segala kemampuannya dipadukan dengan contekan yang dianggapnya sangat manjur.
“Teeeet!!!” bel tanda masuk menjerit dengan kencangnya membuat satu persatu murid memasuki ruangannya masing-masing.
Duduk di kursi paling depan bukan satu hal yang diharapkan murid mana saja. Apalagi dalam waktu ujian, tak terkecuali dengan Wina siswa kelas tiga SMU Negeri. Tapi apa boleh buat ia harus duduk di depan. Seperti percuma ia datang pagi-pagi kalau hanya duduk di depan. Semua rencana bisa berantakan namun ia tetap berusaha tengang. Karena ia punya sekian akal untuk mengatasi semua ini.
Lima belas menit ujian telah dimulai Wina tetap saja pusing karena semua materi yang dipelajarinya tidak ada yang keluar sama sekali.
“Plan A gagal berarti masih ada plan B” mulutnya berbisik sendiri.
Melihat suasana kelas yang tidak memungkinkan untuk membuka contekannya ia mencoba mencari akal agar catatan yang dibuatnya itu efektif.
“Pak Bondan! Saya mintra ijin ke belakang sebentar. Boleh ya pak?”pinta Wina memelas.
“Wina!!! Ini kan sedang ujian. Padahal tadi sudah saya beri waktu untuk ke belakang. Tapi kenapa tadi tidak kamu manfaatkan?” tolak penjaga ujian.
“Ayo dong, Pak! Boleh ya! Udah kebelet nih, Pak! Masak tidak boleh sih?”Wina kembali memohon.
“Ya sudah! Saya perbolehkan, tapi cepet ya?” permohonan dikabulkan pengawas.
Gadis berumur delapan belas tahun ini menuju toilet.
“Rencana bakal berjalan mulus nih. Trus aku lulus. Yeah!” angannya terbang.
Didalam tolet tidak didapatinya contekan yang sudah disimpan dalam saku. Ia bingung mencari keseluruh saku baju. Tapi tak secarik kertaspun ditemukan.
“Mati aku, kertasnya hilang,” bisiknya.
Setelah beberapa lama di dalam toilet ia keluar menuju ruang ujian. Sebelum ia membuka pintu ruang ujian seorang culun, berkacamata tebal, dan terlihat idiot menyambangi Wina.
“Wina! Lagi bingung ya? Nih! Buat kamu,” sergah Jono sambil memberikan kertas lipatan mirip contekan.
Tanpa basa-basi dan tidak menjawab Jono Wina langsung mengambil kertas itu lantas masuk ke dalam ruang ujian.
“Yes! Akhirnya ada anak culun yang nemuin contekanku,” kembali Wina berbisik.
Duduklah Wina di kursi paling depan. Ia terus mencari timing paling tepat untuk membuka contekannya. Sampai pada saatnya ia membuka lipatan kertas itu bertuliskan :

Wina! i love you,
Wo ai ni, aku tresno kowe loh!

“BRAAK!!”suara meja digedor Wina reflek setelah membaca isi tulisan itu.
“Sialan tuh cowok!”suaranya keras tanpa kontrol.
“Apa itu?” Pak Bondan mencoba mencari sumber suara.
“Kalian ini sedang ujian jadi jangan ribut. Nanti bisa-bisa saya keluarkan dan saya beri nilai nol,”tambahnya.
Semua siswa hanya terdiam dan hanya mempelototi Wina. Ia hanya diam seribu bahasa menahan malu. Beruntung Pak Bondan tidak mengetahui siapa pembuat suara gaduh tadi.
Setelah sekian lama berpusing ria dengan soal. Ternyata ia belum juga mengerjakan soal dengan baik. Kini waktu tinggal sepuluh menit. Ia hanya bingung mencari contekan dari teman-temannya tetapi tidak ada yang merespon. Bingung sudah melihat jarum jam yang terus bergulir.
Sampai pada saatnya ringtone hp-nya berdering.
“Tit tut tit tut,” ringtone espionage berbunyi tanda sms dari beni masuk yang berisi jawaban soal ujian.
“Hey! Siapa itu yang bawa hp? Padahal itu dilarang,” Pak Bondan mengingatkan.
“Oh! Wina kamu bawa hp ya? Sini lihat punyamu! Maksudku hp-mu,” tambahnya.
“SINI!!!!” pengawas mencoba merebut hp.
“Jangan pak!” tangan Wina melindungi agar hp-nya tidak diminta.
“SINI!!!” akhirnya hp itu dapat di raih.
“Oalah! Rupanya kamu mencontek ya?” tukas pengawas meyakinkan.
“KELUAR!!! Bentak Pak Bondan.
Sembari mengusir Pak Bondan MENCORET KERTAS LEMBAR JAWABAN Wina dan menuliskannya dalam berita acara sehingga secara otomatis gugur.

Tidak ada komentar: