Rabu, April 01, 2009

NASIBMU SHAFI

Malam dingin. Falhujjah adalah salah satu kota di Irak yang tak lepas dari target Invasi Amerika Serikat dan sekutu atas Irak membuat suasana kota mencekam. Ketakutan tidak saja dirasakan el-Shafi yang baru saja mengaji setelah sholat Maghrib berjamaah di rumahnya. Hanya menggunakan lampu minyak, Al-quran dibaca tanpa penerangan lampu hanya lampu minyak karena listrik sebelumnya sudah disabotase oleh tentara pendudukan. Banyak yang tak pergi ke masjid karena banyak terjadi penculikan penduduk tanpa sebab pasti.
Shafi, begitu teman-temannya memanggil.
Anak petani miskin itu begitu terkejut setelah mendengar dentuman begitu kerasnya disusul desingan peluru dan mortir membuat bulu kuduk berdiri. Tak pelak penduduk berlarian menyelamatkan diri tak terkecuali Shafi. Sampai waktu Isya-pun tak terdengar suara adzan.
Jumat 20.30 malam keadaan tak juga membaik. Begitu lamanya pasukan penjajah beroperasi demi mencari sekian banyak teroris—begitulah Amerika menyebut para pejuang Irak—yang diperkirakan bersembunyi. Satu persatu tawanan dijejalkan ke dalam panser. Dalam remang-remang dari persembunyian Shafi mencoba memincingkan mata untuk meyakinkan siapa yang tertangkap. Begitu terhenyak ia mendapati Ayahnya yang telah terpisah darinya ketika menyelamatkan diri setelah dentuman menggelegar. Sosok itu meletakkan tangan berada dikepalanya sembari ditodong moncong senapan laras panjang. Tak begitu jelas memang. Tetapi ia yakin dengan baju gamis ayahnya termasuk cara jalan pincangnya.
“Tar!!!” suara pistol menyalak.
Satu pemuda belasan tahun tewas seketika setelah mencoba melakukan perlawanan. Remaja seumurnya yang kurang beruntung itu harus menjadi sasaran peluru menembus kepala.
Shafi masih bersyukur itu bukanlah Ayahnya. Walau dalam hati kecilnya merasakan sedih melihat Aziz sahabatnya sudah wafat. Ingin rasanya ia melakukan perlawanan untuk membebaskan para tawanan.
Dari arah belakang muncul suara tembakan para penduduk bersenjata yang mencoba melakukan perlawanan. Serangan itu dibalas para serdadu dengan rentetan peluru yang ditembakkan membabi-buta ke segala arah. Mengetahui keadaan itu Shafi mencoba mencari tempat yang lebih aman lagi. Celakanya ia tertembak pada pergelangannya tapi ia masih dapat meloloskan diri. Di dapati sehelai kain diambil dari bagian baju yang disobek untuk menhentikan pendarahan.
Para serdadu mencoba meninggalkan target operasi dengan membawa beberapa tawanan yang berhasil ditangkap. Tentara pendudukan tidak mampu mengatasi serangan sporadis yang semakin sengit. Tidak ada serdadu tewas, hanya beberapa luka-luka.

#_#_#_#_#_#_

Di penjara Abu Ghuraib membuat Abu Shafi atau Kadeer—ayah Shafi—bersama ratusan warga Irak merasakan penyiksaan yang tak berperikemanusiaan. Ia lebih beruntung dengan bibir pecah setelah dilanggar pentungan opsir termasuk punggung yang memar seperti dicabik-cabik dengan tangan digantung. Sebagian sahabatnya dikenai perlakuan cabul tak senonoh oleh opsir. Malahan ada beberapa yang sengaja wajahnya dihadapkan dengan muka Anjing Pelacak yang amat garang. Dimaksudkan untuk melucuti mental tahanan. Bayangkan, sudah pasti akan menjadi trauma mental berkepanjangan bagi mereka yang dihadapkan dengan Anijing yang terus menyalak langsung di depan wajah dengan jarak tak kurang dari lima senti. Belum lagi tak sedikit yang diadu langsung dengan hewan-hewan yang haram dimakan itu. Untuk selanjutnya dikencingi opsir demi menyadarkan mereka dari pingsan setelah ‘dihajar“ hewan pengendus itu.
Penjara dipenuhi tahanan tak bersalah. Dijebloskan begitu saja tanpa proses peradilan. Hanya dengan dugaan teroris siapa saja dapat menghuni tahanan maut berikut opsir-opsir bejatnya. Setiap tahanan dipastikan mendapat perlakuan yang tak layak bagi para penghuni penjara.

_#_#_#_

Pikiran Shafi kalut. Ia hanya memikirkan ayahnya yang tertangkap. Bagaimana keadaan sang Kadeer. Otaknya terus berpikir untuk mencari cara mengeluarkan ayahnya dari penjara. Tetapi ia tidak tahu di penjara mana sampai memutuskan untuk bergabung dengan para pejuang Falhujjah kontra penjajah.
Dengan tekad jihad fii sabilillah di hati dan Kalashinov—senapan buatan Rusia—dtangan ia berkeinginan menghancurkan tentara pendudukan dan mengikuti gerilya Jundullah (tentara Allah). Memang anak belasan tahun ini tidak mempunyai bekal strategi pertempuran memadai apalagi tangannya masih terluka akibat peluru nyasar tempo hari.
Setiap ada konvoi pasukan operasi membuat Jundullah bersiap-siap menghadang dengan serangan mengejutkan dari berbagai arah dengan misil-misil dan pelontar jarak jauh. Kali itu Serdadu gabungan AS dan Spanyol itu dapat ditaklukkan dengan mudah tanpa perlawanan berarti karena terkejut dengan serangan mendadak. Kemenangan berlanjut dengan mengambil rampasan termasuk senjata dan amunisi.
Beberapa tentara yang terluka ditawan untuk ditukar dengan para tawanan yang telah lebih dulu ditangkap pada operasi Jumat kelam yang telah menangkap penduduk Falhujjah dan menewaskan beberapa penduduk termasuk Aziz sahabat Shafi.
Satu tentara untuk satu penduduk. Begitu pengumuman yang diberitakan oleh Al-Jazeera televisi Qatar yang cukup dipercaya untuk menyiarkan perihal pertukaran tawanan itu.
Awalnya pasukan sekutu tidak pernah menanggapi ultimatum yang disampaikan. Namun, setelah adanya desakan dari dunia keputusan berubah untuk memenuhi tuntutan jundullah.
Hari tukar-menukar tawananpun berlangsung dengan lancar. Satu tawanan untuk satu tawanan. Shafi terus berharap bahwa yang dibebaskan adalah ayahnya. Dan harapannya nyata.
Kadeer berjalan merapat kepada para pejuang dengan lakban dimulut dan tangan diikat. Meskipun begitu betapa bahagianya Shafi. Senyumnya makin lebar karena sebentar lagi akan berjumpa dengan ayahnya. ia berencana mengajaknya untuk mengungsi ke luar negeri yang dinilai cukup aman. Hari tenang amat didambakannya apalagi bersama Ayah Shafi tercinta. Sejuta harap memenuhi pikirannya.
Setelah Kadeer cukup dekat dan Shafi hendak memeluk tiba-tiba saja,
“Baaam!!!!!!!!” suara ledakan dari tubuh Kadeer menggema.
Letusan bom dengan radius 20 meter menghancurkan segala materi disekitarnya. Api menjilat langit dan terlihat darah tercecer dengan sekian anggota tubuh tersebar. Entah bagaimana mengidentifikasi antara Kadeer, Shafi, dan para pejuang lain yang mati di jalan Allah.

2 komentar:

Intan Feel'inLucky mengatakan...

nice... ^____^

kutunggu komenmuw di blogku....

Kutunggu dirimuw berubah jadi doraemon!!!

piiiiiissss.....

mikir-ringan mengatakan...

oke..qt dah lama gak mnge blog y!!!